Laporan Praktikum Fisiologi Hewan
AKTIVITAS ENZIM AMILASE



 



Disusun oleh :
Neng Devi H.H                       14542013
Syafiq Almugni                      14542021
Riana Trisna Wulandari          14542028
Ulfah Sayidah                          14542034
Hani Hadianti                           14542035
Mastutin Mustaotinah              14542036
Kelas          : 3B Biologi


LABORATORIUM BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI  KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN  (STKIP)
GARUT
2016



     A.   Tujuan
1.     Mengetahui dan memahami proses pencernaan makaan dengan bantuan saliva
2.     Untuk mengetahui pengaruh temperature terhadap kerja enzim amylase

     B.   Landasan Teori
Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Tiap hari sekita 1-1,5 litersaliva dikeluarkan oleh kelenjar saliva. Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis, dan sublingualis. Selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil (Ganong, 1995).
Saliva juga merupakan sarana untuk mengeksresikan obat-obat tertentu (misalnya etanol dan morfin), ion-ion organic seperti K+, Ca2+, HCO3-, tiosianat (SCN-) serta yodium dan imunoglobin (IgA), (Murray, Granner, 1999). Nilai pH saliva biasanya berkisar sekitar6,8, kendati dapat bervariasi pada salah satu dari kedua sisi netralitas tersebut. (Murray, Granner, 1999).
Hewan dan manusia memperoleh makanan yang dibutuhkan dari tumbuuhan dan hewan lain. Fungsi makanan bagi tubuh adalah untuk menghasilkan energy, pertumbuhan dan mengganti sel/jaringan yang rusak. Bahan makanan yang dikonsumsi terdiri atas senyawa karbohidrat, lemak, protein, vitamin, air, dan garam mineral. Beberapa senyawa seperti karbohidrat, lemak, dan proyein dapat diserap melalui proses pencernaan. Melalui proses pencernaaan makanan, senyawa tersebut dipecah menjadi molekul-molekul yang kecil dengan komposisi kimia sederhana sehingga dapat dengan mudah dapat diserap oleh dinding saluran pencernaan.
Secara umum pencernaan makanan pada manusia melalui dua proses yaitu pencernaan fisik (mekanis) dan pencernaan kimiawi. Pencernaan fisik merupakan proses pengubahan molekul makanan yang besar menjadi kecil-kevil, misalnya penghancuran makanan dengan gigi atau otot lambung. Pencernaan kimiawi adalah pemecahan zat pati (amilum) oleh ptyalin (suatu amylase) menjadi maltose, trisakarida, dan dekstrin. Ptyalin bekerja di rongga mulut pada ph 6,3-6,8 dan masih bekerja di lambung sampai asam lambung menurunkan ph nya sehingga ptyalin tidak bekerja lagi. Air ludah yang mengandung sedikit lingual lipase, yakni suatu enzim yang memecahkan triglyserida menjadi asam lemak dan monoglyserida, enzim ini bekerja terutama dalam suasana asam, yakni setelah makanan mencapai lambung.
Enzim merupakan senyawa protein yang dapat digunakan di dalam proses pencernaan makanan. Adapun beberapa contoh enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan. Adapun beberapa contoh enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan adalah sukrase, amylase, lipase, pepsin, dan tripsin. Kerja suatu enzim sangat dipengaruhi oleh beberpa factor, antara lain suhu, pengaruh Ph dan hambatan reverssibel.
Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negative atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikianperubahan Ph lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dakam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, PH rendah atau tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akanengakibatkan aktivitas enzim (Poedjadi, 1994).
Katalisator memepercepat reaksi kimia, mengalami perubahan selama reaksi, tetapi berubah kembali kepada keadaan semula setelah reaksi-reaksi selesai. Enzim merupakan biokatalisator yang bekerja spesifik. Aktivitas katalis yang dimiliki enzim merupakan alat ukur yang selektif dan sensitive terhadap ektifitas enzim. Aktifitas enzim dapat diamati dari sisa substrata tau produk yang terbentuk. Factor yang mempengaruhi pengukuran aktivitas enzim antara lain konsentrasi enzim dan substrat, suhu, PH, dan indicator. Aktivitas enzim meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu, laju berbagai proses metabolism akan naik sampai batasan suhu maksimal. Prinsip biologis utama adalah homeostatis, yaitu keadaan dalam tubuh yang selalu mempertahankan keadaan normalnya. Perubahan relative kecil saja dapat mempengaruhi aktivitas banyak enzim. Adanya inhibitor on kompetitif irreversible dan antiseptic dapat menurunkan aktivitas enzim (Hawab, 2003).

     C.   Alat dan Bahan
 Alat

 


Bahan
                                        

     D.   Cara Kerja
          Percobaan pertama
1.     Disiapkan 3 gelas kimia berukuran 500 ml dan diberikan label A, B, dan C. Gelas kimia berlabel A digunakan untuk percobaan yang tidak dilakukan pemanasan, Gelas kimia berlabel B digunakan untuk percobaan  dengan suhu 370-380 C, Gelas kimia berlabel C digunakan untuk percobaan dengan suhu 800-900 C.
2.     Dilakukan penyaringan saliva yang telah terkumpul
3.     Dimasukkan air sebanyak 500 ml kedalam gelas kimia A tidak di panaskan
4.     Dimasukkan larutan amilum sebanyak 5 ml kedalam tabuung reaksi
5.     Dimasukkan tabung  reaksi kedalam gelas kimia yang telah di isi air dan diamkan selama 10 menit.
6.     Dimasukkan 15 tetes saliva kedalam tabung reaksi aduk hingga homogen dan diamkan selama 1 menit
7.     Dimasukkan 5 tetes larutan iodium dan benedict kedalam tabung reaksi aduk hingga homogen dan diamkan selama 1 menit dan lakukan pengulangan sebanyak 10 x hingga 18x. Hingga mencapai titik jenuh
8.     Dicatat hasil pengamatan dan perubahan yang terjadi.

Percobaan kedua
1.     Dimasukkan air sebanyak 500 ml kedalam gelas kimia B
2.     Dilakukan pemanasan air dalam gelas kimia B sampai mencapai suhu 370 C Suhu di jaga agar tetap setabil di suhu 370-380 C
3.     Dimasukkan larutan amilum sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi
4.     Dimasukkan tabung  reaksi kedalam gelas kimia yang telah di isi air dengan suhu 370-380 C dan diamkan selama 10 menit.
5.     Dimasukkan 15 tetes saliva kedalam tabung reaksi aduk hingga homogen dan diamkan selama 1 menit
6.     Dimasukkan 5 tetes larutan iodium dan benedict kedalam tabung reaksi aduk hingga homogen dan diamkan selama 1 menit dan lakukan pengulangan sebanyak 10 x hingga 18x. Hingga mencapai titik jenuh.
7.     Dicatat hasil pengamatan dan perubahan yang terjadi.
     
     Percobaan ketiga
1.     Dimasukkan air sebanyak 500 ml kedalam gelas kimia C
2.     Dilakukan pemanasan pada  gelas kimia C sampai mencapai suhu 800-900 C Suhu di jaga agar tetap setabil di suhu 800-900 C.
3.     Setelah gelas kima C mencapai suhu 800-900 C.
4.     Dimasukkan larutan amilum sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi
5.     Dimasukkan tabung  reaksi kedalam gelas kimia yang telah di isi air dengan suhu 370-380 C dan diamkan selama 10 menit.
6.     Dimasukkan 15 tetes saliva kedalam tabung reaksi aduk hingga homogen dan diamkan selama 1 menit
7.     Dimasukkan 5 tetes larutan iodium dan benedict kedalam tabung reaksi aduk hingga homogen dan diamkan selama 1 menit dan lakukan pengulangan sebanyak 10 x hingga 18x. Hingga mencapai titik jenuh.
8.     Dicatat hasil pengamatan dan perubahan yang terjadi.

       E.     Hasil Pengamatan





       F.     Pembahasan
Untuk melihat pengaruh enzim amilase terhadap larutan pati, dalam percobaan ini digunakan enzim amilase yang terdapat pada saliva. Larutan pati yang berperan sebagai substrat yang akan di reaksikan oleh enzim amilase berasal dari amilum (tepung). Dalam reaksi yang terjadi enzim amilase berperan aktif sebagai katalis yang akan mempercepat laju reaksi penguraian larutan pati atau amilum. Larutan lugol berperan sebagai indikator warna untuk menandai aktivitas enzim amilase pada larutan pati. Uji ini dilakukan dengan melakuka 3 perlakuan pada penempatan suhu yang berbeda-beda. Yaitu pada suhu normal (24-25 0C) , pada suhu (37-38 0C) dan pada suhu  >80 0C.
Pada suhu normal (240C) keadaan larutan amilum berwarna putih, selang 10 menit kemudian ditetesi saliva sebanyak 15 tetes dan larutan lugol sehingga menyebabkan perubahan warna. Pada menit ke 1-10 menjadi warna biru, pada menit ke 11-12 larutan berwarna kuning kehitaman, pada menit ke 13-21 larutan menjadi warna ungu kehitaman. Larutan menjadi warna ungu kehitamann menunjukan bahwa  enzim amilase  sudah rusak karena disebabkan konsentrasi pada larutan.
Pada suhu 37-38 0C keadaan larutan amilum berwarna putih, selang 10 menit kemudian ditetesi saliva sebnyak 15 tetes dan larutan lugol sehingga menyebabkan perubahan warna. Pada menit  pertama larutan berwarna biru , pada menit 2-5 larutan berwarna bening. Pada menit ke 6-12larutan berwarna aga kebiruan hal itu mungkin disebabkan karena terjadi kenaikan suhu hingga mencapai 40 0C. Pada menit 13-18 larutan kembali berwarna bening karena suhu sudah distabilkan kembali. Hal itu menujukan bahwa kerja enzim amilase sudah mulai  berfungsi kembali.
Pada suhu >80 derajar 0C dari menit pertama- menit sebelas  larutan berwarna biru pekat pada menit 12 larutan berwarna biru kehitaman  hal itu menunjukan bahwa enzim amilase sudah tidak berfungsi lagi disebabkan suhu yang teralu tinggi sedangkan enzim amilase bekerja dengan baik pada suhu 370C.
Dari praktikum ini dapat kita ketahui bahwa :
1.     Protein enzim dapat  mengalami denaturasi akibat suhu ekstrim (tinggi/rendah).
2.     Faktor lain yang mempengaruhi ialah konsentrasi larutan .

     G.  Kesimpulan
1.     Pada suhu rendah aktivitas enzim dapat terhenti secara reversibel  kenaikan suhu lingkungn dapat meningkatkaan  energi kinetik enzim antara molekul enzim dan substrat.
Pada suhu normal (24 0C) aktivitas enzim berhenti secara reversible dilihat karena adanya perubahan warna yang bertahap dari biru sampai ungu kehitaman.
2.      Pada suhu 37-380C aktivitas enzim bekerja secara optimum ditunjukan dengan warna  bening pada larutan.
3.     Pada suhu >88 0C terjadi denaturasi enzim dilihat dari perubahan warna dari biru sampai biru kehitaman, dan enzim tidak  bekerja secara optimum atau enzim sudah rusak.

     H.  Daftar Pustaka
A.Tosari, Alfonsus . (2008). Aktifitas Enzim Amilase. [Online]. Tersedia : https://www.scribd.com/doc/181960397/aktivitas-enzim-amilase-pdf
Hasan azis, mirwan. (2010). Faktor-faktor yng mempengaruhi kerja enzim. [Online]. Tersedia :